viannevia

Thursday, October 19, 2006

Mudik

Asiik.. besok mudik. Temen2 bertanya "Pulang ke Prabumulih vie?". Seneng deh mereka menyebutkan nama kampungku dengan benar. Kalo orang2 kantor mengira saya orang Padang, Riau, Jambi, Lampung. Malah pake acara maksa pula "Ah.. bukannya vie teh orang Jambi?".. Haha.. sebutkan saja semua daerah di Sumatera :)

Naik bis. Sudah lama tidak naik bis. Arus mudik kali ini tiket pesawatnya sangat mahal. Berikut jadwal rute keberangkatan besok :

10.00 Bandung
12.45 Rawamangun
20.00 Bandar Lampung
22.00 Bandar Jaya
02.00 Baturaja
05.15 Tanjung Enim
05.45 Muara Enim
06.45 Simpang Belimbing
07.30 Prabumulih

Hampir 21 jam? Lintas barat nih? Inilah akibat mampir ke Rawamangun. Sejak kenaikan harga BBM, rute diperpanjang supaya penumpang penuh. Harus rela makin tua di jalan. Yang jelas ini bukan lintas timur, karena tujuannya Prabumulih bukan Palembang.

Kalo dilihat dari peta dan ditarik garis lurus dari pulau Jawa, Prabumulih berjarak lebih pendek daripada Palembang. Tapi lintas barat biasanya sekitar 18 jam, sedangkan lintas timur sekitar 15 jam. Lintas barat merupakan jalan yang berkelok, melewati hutan, dan mengikuti arus sungai. Lintas timur merupakan jalan yang lurus, memotong daerah perkebunan, dan sempat melewati beberapa candi.

Hiks huhuhu.. hampir 21 jam. Saya sampe ditertawakan temen2 kantor.
Oke deh.. mudah2an bisa lebih cepat, lancar, sehat dan selamat sampe rumah. Amiiin...


Hari ini

Saya sering lupa tanggal, tapi ada yang diingat :)

Hari ini, 10 tahun lalu, mulai menggunakan penutup kepala, kerudung, jilbab, atau apapun istilahnya terserah. Rencana menunggu akhir bulan, biar pas. Menunggu2 hidayah yang katanya lewat mimpi, tidak mimpi2 juga tuh. Kelamaan ah.. daripada ntar berubah pikiran. Semua tanggal sama saja. Kebetulan hari itu mengikuti mentoring di Salman, sekalian untuk seterusnya deh.

10 tahun lalu.. saat usia masih belasan tahun..
Sekarang.. apa yang sudah diperbuat? apa yang masih dipegang kuat? apa yang sudah dibenahi?

Dan ternyata...


Hari ini juga, 6 tahun lalu, menghadiri seremonial di Sabuga. Rencana jadwal Februari dan Juli tidak terwujud, malah terjadi di hari itu. Dihadiri keluarga besar. Pulang dengan kain songket bau amonia.. haha.. saya masih ingat siapa saja yang melempar dari balkon yaa..
Saya sempat berkomentar, "Coba ya setahun lebih tua, bisa wisuda tahun kemaren pas ultah :)". Garink ah.. seharusnya "Coba ya lebih pinter dan rajin, bisa wisuda tahun kemaren". Hehe.. semua tanggal sama saja..

6 tahun lalu.. saat usia masih kurang seperempat abad..
Pertanyaan yang sama.
Sekarang.. apa yang sudah diperbuat? apa yang masih dipegang kuat? apa yang sudah dibenahi?


Perjalanan yang panjang ternyata... :)


Monday, October 16, 2006

Hari Raya

Kemaren terdengar gema takbir. Allah Akbar Allah Akbar Laa Ilaa ha Ilallah Allah Akbar Allah Akbar wa Lillaa Ilham. Glek... Idul Fitri sebentar lagi! Saya mendengar gema takbir di Bandung. Saya terbiasa mendengarnya di Prabumulih. Perasaan saya jadi campur aduk. Jangan tanya perasaan saya saat mendengar gema takbir Idul Adha.

Idul Adha. Sudah belasan kali Idul Adha di tanah Jawa. Selesai shalat Ied tidak berbeda dengan hari biasa. Orang2 tetap beraktifitas seperti biasa. Di kampung halaman, justru tidak berbeda dengan Idul Fitri. Bedug dipukul dan diarak keliling kampung, diiringi takbir sepanjang malam hingga esok pagi. Tetangga dan sanak saudara saling berkunjung. Bahkan sewaktu kecil, tak ketinggalan menyaksikan hewan disembelih. Sebenarnya tidak terlalu rame penduduknya, kota yang sepi seperti halnya kota kecil lain di Sumatera. Tapi terasa 'rame' sekali :)

Idul Fitri. Selesai sungkem dengan ortu, tangan dicium adik. Papa sering bilang, "Cuma evi anak papa yang selalu pulang lebaran" sambil membelai rambut atau menepuk pundakku. Jangan tanya perasaaan saya saat digituin. Saya hanya sanggup mengucap "hehe..". Kakak2 sudah menikah semua. Tidak tiap tahun bisa berkumpul di Prabumulih. Selagi saya masih bisa, selalu diusahakan. Berkumpul.

Sering saya bertanya ke teman2 yang merantau. Yang di luar negri, yang tidak bisa pulkam karena ongkos mahal walaupun itu di Indonesia juga. Shalat Ied dimana? Ga apa2? Atau hari raya Natal. Natalan dimana? Ada saudara ga di sini? Saya agak risau. Mereka sendiri fine2 aja. Mungkin mereka jarang2 lebaran di luar negri atau tidak bersama ortu.

Tapi hai.. saya Idul Fitri selalu bersama ortu. Hanya Idul Adha dan 17 Agustusan jarang bersama mereka. Kok Agustusan? Termasuk hari raya juga kan? :) Di kampung halaman terasa berbeda. Meriah dengan karnaval keliling kota. Dandanan kampung, tapi saya senang melihatnya. Udah itu ngapain? Nonton TV. Menonton shalat Ied di tanah suci atau upacara bendera di istana negara. Menonton bersama keluarga. Berkumpul. Tak lupa selalu gangguin adik dan kucingku :)

Jadi Ramadhan kali ini, saat sobatku sesama orang Prabumulih, sama-sama merantau lebih dari 14 tahun, setengah mati meminta munggah di rumahnya, saya temani juga. Rencana munggah di rumah kakak diundur. Saya juga sudah sering munggah di rumahnya. Kakak sudah berkeluarga, bisa berkumpul dengan anak dan suami. Tapi tidak kebayang puasa sendirian seperti sobatku ini.

Vie : Oi kasian nian kawan aku ni, aku pegi jadi dewe'an lagi..
Sobat : Ai.. dewe'an aku ado tipi ado hiburan.. kau katek!
Vie : Huahaha.. (saya tahu dia nge-deny. Makanya ketawa kenceng)

(Masjid Darussalam di Komperta Prabumulih. Satu lagi tempat yang sering masuk dalam mimpiku. Dan tempat idaman sobatku untuk ijab kabul di sana suatu hari nanti. Amiin yo Thut..)

***

Hari Raya..
Hari kemenangan..
Idul Fitri, Idul Adha, atau Agustusan..
Di Kampung halaman..

Bisa berkumpul saja sudah lebih dari cukup.


Wednesday, October 11, 2006

Jalan

Beberapa bulan lalu saya ke Prabumulih. Tanah kelahiran. Kota yang biasa-biasa saja tapi membuat kangen berat. Banyak jalan di sana yang sering masuk ke dalam mimpi.

Sore hari di Jl Transmigrasi. Masih rawan penodongan. Mobil yang dikendarai papa, ditumpangi saya dan dua keponakan yang masih balita dihentikan oleh dua laki-laki paruh baya tak dikenal yang ingin menumpang sampai ke kota. Papa mengizinkan. Kami yang sedang ngobrol langsung terdiam, sibuk dengan pikiran yang sama, takut penodongan. Untung tidak terjadi. Dulu saya sering berjalan-jalan di antara tanaman padi huma yang tingginya melebihi badanku :)

Sore hari di Jln Anggur. Saya paling lama tinggal di sini. Sejak SD sampai SMP. Untungnya rumah2 di sini tidak berubah, berbeda dengan rumah2 di jalan lain di komperta yang sudah direnovasi. Rumah saya dulu di sisi kiri sekitar 7 rumah dari sini. Saat memotret ini, di sisi kiri saya berdiri, ada karyawan sedang main tenis dan ada fogging obat nyamuk berkala oleh petugas sanitasi. Benar-benar tidak berubah :)


Sore hari di Jl Nanas. Jalan yang selalu saya lewati menuju sekolah SD. Jalannya mengecil, atau saya saja yang jadi besar? Pohon-pohon kelapa sawit meninggi. Dulu tak seseram ini. Sekarang rumah2 panggung itu sengaja dibangkaikan. Ada yang tidak berubah. Sepi. Di jalan, tidak ada manusia lain, kecuali saya, kakak, dan keponakan. Dulu saya pernah jatuh dari sepeda dan dikejar angsa di sini :)

***

Masih banyak jalan lain yang sering masuk dalam mimpi. Semuanya
jalan yang dikelilingi pepohonan hijau dan rindang. Di Prabumulih Jl Pramuka, Jln Mangga, Jln Sawo, Jl Kesehatan, Jln Dahlia, Jln Seroja, Jln Anggrek, Jln Teratai, Jln Kebun Pramuka, dll. Begitu tinggal di Bandung, kadang mimpi Jln Ganesha, Jln Siliwangi, Jln Dago, Jln Dayang Sumbi, Jln Dipatiukur, dll

Dasar tukang mimpi ! :p