Hari Raya
Kemaren terdengar gema takbir. Allah Akbar Allah Akbar Laa Ilaa ha Ilallah Allah Akbar Allah Akbar wa Lillaa Ilham. Glek... Idul Fitri sebentar lagi! Saya mendengar gema takbir di Bandung. Saya terbiasa mendengarnya di Prabumulih. Perasaan saya jadi campur aduk. Jangan tanya perasaan saya saat mendengar gema takbir Idul Adha.
Idul Adha. Sudah belasan kali Idul Adha di tanah Jawa. Selesai shalat Ied tidak berbeda dengan hari biasa. Orang2 tetap beraktifitas seperti biasa. Di kampung halaman, justru tidak berbeda dengan Idul Fitri. Bedug dipukul dan diarak keliling kampung, diiringi takbir sepanjang malam hingga esok pagi. Tetangga dan sanak saudara saling berkunjung. Bahkan sewaktu kecil, tak ketinggalan menyaksikan hewan disembelih. Sebenarnya tidak terlalu rame penduduknya, kota yang sepi seperti halnya kota kecil lain di Sumatera. Tapi terasa 'rame' sekali :)
Idul Fitri. Selesai sungkem dengan ortu, tangan dicium adik. Papa sering bilang, "Cuma evi anak papa yang selalu pulang lebaran" sambil membelai rambut atau menepuk pundakku. Jangan tanya perasaaan saya saat digituin. Saya hanya sanggup mengucap "hehe..". Kakak2 sudah menikah semua. Tidak tiap tahun bisa berkumpul di Prabumulih. Selagi saya masih bisa, selalu diusahakan. Berkumpul.
Sering saya bertanya ke teman2 yang merantau. Yang di luar negri, yang tidak bisa pulkam karena ongkos mahal walaupun itu di Indonesia juga. Shalat Ied dimana? Ga apa2? Atau hari raya Natal. Natalan dimana? Ada saudara ga di sini? Saya agak risau. Mereka sendiri fine2 aja. Mungkin mereka jarang2 lebaran di luar negri atau tidak bersama ortu.
Tapi hai.. saya Idul Fitri selalu bersama ortu. Hanya Idul Adha dan 17 Agustusan jarang bersama mereka. Kok Agustusan? Termasuk hari raya juga kan? :) Di kampung halaman terasa berbeda. Meriah dengan karnaval keliling kota. Dandanan kampung, tapi saya senang melihatnya. Udah itu ngapain? Nonton TV. Menonton shalat Ied di tanah suci atau upacara bendera di istana negara. Menonton bersama keluarga. Berkumpul. Tak lupa selalu gangguin adik dan kucingku :)
Jadi Ramadhan kali ini, saat sobatku sesama orang Prabumulih, sama-sama merantau lebih dari 14 tahun, setengah mati meminta munggah di rumahnya, saya temani juga. Rencana munggah di rumah kakak diundur. Saya juga sudah sering munggah di rumahnya. Kakak sudah berkeluarga, bisa berkumpul dengan anak dan suami. Tapi tidak kebayang puasa sendirian seperti sobatku ini.
Vie : Oi kasian nian kawan aku ni, aku pegi jadi dewe'an lagi..
Sobat : Ai.. dewe'an aku ado tipi ado hiburan.. kau katek!
Vie : Huahaha.. (saya tahu dia nge-deny. Makanya ketawa kenceng)
(Masjid Darussalam di Komperta Prabumulih. Satu lagi tempat yang sering masuk dalam mimpiku. Dan tempat idaman sobatku untuk ijab kabul di sana suatu hari nanti. Amiin yo Thut..)
***
Hari Raya..
Hari kemenangan..
Idul Fitri, Idul Adha, atau Agustusan..
Di Kampung halaman..
Bisa berkumpul saja sudah lebih dari cukup.
Idul Adha. Sudah belasan kali Idul Adha di tanah Jawa. Selesai shalat Ied tidak berbeda dengan hari biasa. Orang2 tetap beraktifitas seperti biasa. Di kampung halaman, justru tidak berbeda dengan Idul Fitri. Bedug dipukul dan diarak keliling kampung, diiringi takbir sepanjang malam hingga esok pagi. Tetangga dan sanak saudara saling berkunjung. Bahkan sewaktu kecil, tak ketinggalan menyaksikan hewan disembelih. Sebenarnya tidak terlalu rame penduduknya, kota yang sepi seperti halnya kota kecil lain di Sumatera. Tapi terasa 'rame' sekali :)
Idul Fitri. Selesai sungkem dengan ortu, tangan dicium adik. Papa sering bilang, "Cuma evi anak papa yang selalu pulang lebaran" sambil membelai rambut atau menepuk pundakku. Jangan tanya perasaaan saya saat digituin. Saya hanya sanggup mengucap "hehe..". Kakak2 sudah menikah semua. Tidak tiap tahun bisa berkumpul di Prabumulih. Selagi saya masih bisa, selalu diusahakan. Berkumpul.
Sering saya bertanya ke teman2 yang merantau. Yang di luar negri, yang tidak bisa pulkam karena ongkos mahal walaupun itu di Indonesia juga. Shalat Ied dimana? Ga apa2? Atau hari raya Natal. Natalan dimana? Ada saudara ga di sini? Saya agak risau. Mereka sendiri fine2 aja. Mungkin mereka jarang2 lebaran di luar negri atau tidak bersama ortu.
Tapi hai.. saya Idul Fitri selalu bersama ortu. Hanya Idul Adha dan 17 Agustusan jarang bersama mereka. Kok Agustusan? Termasuk hari raya juga kan? :) Di kampung halaman terasa berbeda. Meriah dengan karnaval keliling kota. Dandanan kampung, tapi saya senang melihatnya. Udah itu ngapain? Nonton TV. Menonton shalat Ied di tanah suci atau upacara bendera di istana negara. Menonton bersama keluarga. Berkumpul. Tak lupa selalu gangguin adik dan kucingku :)
Jadi Ramadhan kali ini, saat sobatku sesama orang Prabumulih, sama-sama merantau lebih dari 14 tahun, setengah mati meminta munggah di rumahnya, saya temani juga. Rencana munggah di rumah kakak diundur. Saya juga sudah sering munggah di rumahnya. Kakak sudah berkeluarga, bisa berkumpul dengan anak dan suami. Tapi tidak kebayang puasa sendirian seperti sobatku ini.
Vie : Oi kasian nian kawan aku ni, aku pegi jadi dewe'an lagi..
Sobat : Ai.. dewe'an aku ado tipi ado hiburan.. kau katek!
Vie : Huahaha.. (saya tahu dia nge-deny. Makanya ketawa kenceng)
(Masjid Darussalam di Komperta Prabumulih. Satu lagi tempat yang sering masuk dalam mimpiku. Dan tempat idaman sobatku untuk ijab kabul di sana suatu hari nanti. Amiin yo Thut..)
***
Hari Raya..
Hari kemenangan..
Idul Fitri, Idul Adha, atau Agustusan..
Di Kampung halaman..
Bisa berkumpul saja sudah lebih dari cukup.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home