viannevia

Monday, May 01, 2006

Yogyakarta

Baru kali ini saya ke Yogya. Mungkin orang lain lebih tahu cerita menariknya, tapi pengalaman ini cukup berkesan bagi saya. Nasehat tentang pekerjaan.

Borobudur
Bukan di Yogya sih tapi Magelang. Begitu pandangan pertama tertumbuk ke candi, jantung "deg" juga sesaat. Menaiki tangga, melihat langsung sabungan batu, keliling kepanasan. Saya justru lebih tertarik memandangi Merapi yang tepat segaris lurus dengan tangga utama. Awan menutupi sebagian puncaknya, mungkin bukan awan tapi asap solfatara, itu beberapa hari sebelum Merapi berstatus siaga. Sewaktu ke Bromo juga begitu, saya lebih tertarik memandangi bukit hijau yang mengelilinginya dan Semeru yang menghembuskan asap tiap seperempat jam.

Melihat relief, gak ngerti artinya. Gak ada guide tour. Saya lebih tertarik melihat bapak berkumis putih sedang memahat kode di batu candi. Saya minta izin memotretnya, jadi favorit nih, karena gak pake arahan gaya, emang dia sedang begitu. Saya tunjukin fotonya, bapak itu sendiri bilang "Mirip manusia purba". Haha kita semua ketawa.

Obrolan panjang setelah memotret. Seorang bapak bernama Werd, bekerja sejak tahun 1973. Dulu di bawah Depdikbud sekarang di Dept Pariwisata. Katanya 61 buah kepala patung yang lepas sekarang ada di kantor peemrintah. Sejak usia 19 tahun memanggul batu seukuran kursi, "Makanya gak gemuk-gemuk" katanya. Saya menimpali, "Tapi kan six pack hehe"

Mantaining batu candi dengan cara melepasnya satu-persatu dari lapisan paling atas, dipahatkan kode sambungan antar batu dengan angka-angka 1, 2, 3, dan 4, bukan dengan angka latin tapi kreasi sendiri berupa garis-garis lurus. Misal untuk angka 6 maka dua angka 3 digabung, tak boleh angka 2 dan 4 digabung. Untuk angka 0 dan tanda perkalian saya lupa. Bagian batu yang hilang lepas, dicarikan batu baru jenis Andesit dari Merapi yang mempunyai warna, pori-pori, dan kekerasan yang menyerupai asli.

Temanku bertanya, "Senang pak kerja di sini?" Jawabnya "Senang, bekerja itu harus senang, saya memang senang bekerja di sini, adik-adik kuliah?" Kami jawab "Kerja". Pak Werd langsung menasehati "Bekerja itu harus senang, adik-adik yang masih muda ini harus senang di tempat kerjaannya, kalo gak senang juga, ya keluar saja haha". Kami tersenyum. Lanjutnya "Kalo saya ini tak berilmu seperti adik-adik". Gak nyangka bapak itu ngomong begitu, saya bicara pelan "Tapi kan bapak menguasai sekali (pekerjaan) ini..."

Kota Gede
Masuk toko kerajinan perak, Ansor's Silver.. weew keren, detail, fine, rumit. Ngeliat harganya nyengir juga. Akhirnya beli satu cincin beneran untuk pertama kalinya, tinggal satu-satunya, diskon karena rombongan. Temen kantorku, cewe yang bikin saya BT berat kumintai pendapatnya tentang cincin itu. Kita ketawa bareng. Cair lagi deh. Untung juga beli cincin. Saya iseng bilang ke seorang ibu temen kantorku yang kebetulan berdiri di sebelah, "Seharusnya bukan evi yang beli ini tapi calon suami, karena belum ada jadi beli sendiri deh hehe". Eh, begitu di bis, ibu itu inisiatif pengumuman keisenganku ke orang satu bis, dasar emak-emak :p

Ngeliat workshop di belakang toko. Seorang mas yang sedang membengkokkan kawat perak jadi bros bunga. Bagian sambungan dilas dengan serbuk perak. Bros yang selesai dibentuk berwarna putih dope. Mengikuti instruksinya, saya sikat dengan buah Lerak bulat warna coklat (di Sumatera namanya Kendikir) yang berbusa dengan sendirinya tanpa sabun. Buah ini biasa digunakan untuk mencuci emas dan kain batik. Kemudian saya gosok-gosokkan dengan batangan besi, sebentar saja langsung putih mengkilat.. waaaw :)

Mas-mas yang kuperkirakan usianya di bawahku itu sudah menekuninya selama 15 tahun. Butuh waktu 3 hari untuk membuat 1 bros dimulai dari bijih perak yang diambil dari pertambangan di Jawa Barat. Karya seni dan kesabaran yang menjadikan bros itu mahal. Teman2ku mulai ngerubungin. Ada seorang ibu gak kukenal dari rombongan Jawa Barat juga, bertanya dengan suara kuenceng amir, tentang gaji, enak tidaknya bekerja di sana. Ibu itu terperangah-perangah dengan ekspresi sinetron, melihat pekerjaan yang butuh kesabaran ekstra tetapi gajinya minim, ekspresi si mas itu jadi gak keenakan. Jadi jengah juga nih.. pergi ah..


1 Comments:

  • fotonya keren.

    btw, bapak itu benar. kerja itu harus senang.

    dan senang itu dari hati, tapi bisa dan harus kita ciptakan.

    By Blogger nl, at 7:46 am  

Post a Comment

<< Home